Mengenal ALLAH

Penulis : Ustz Abu Usamah Bin Rawiyah

Tak kenal maka tak sayang, demikian bunyi pepatah. Banyak orang mengaku mengenal Allah, tapi mereka tidak cinta kepada Allah. Buktinya, mereka banyak melanggar perintah dan larangan Allah. Sebabnya, ternyata mereka tidak mengenal Allah dengan sebenarnya.

Sekilas, membahas persoalan bagaimana mengenal Allah bukan sesuatu yang asing. Bahkan mungkin ada yang mengatakan untuk apa hal yang demikian itu dibahas? Bukankah kita semua telah mengetahui dan mengenal pencipta kita? Bukankah kita telah mengakui itu semua?

Kalau mengenal Allah sebatas di masjid, di majelis dzikir, atau di majelis ilmu atau mengenal-Nya ketika tersandung batu, ketika mendengar kematian, atau ketika mendapatkan musibah dan mendapatkan kesenangan, barangkali akan terlontar pertanyaan demikian.

Yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu mengenal Allah yang akan membuahkan rasa takut kepada-Nya, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya. Sehingga kita bisa mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Yang akan menenteramkan hati ketika orang-orang mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani menghadapi segala macam problema hidup.

Faktanya, banyak yang mengaku mengenal Allah tetapi mereka selalu bermaksiat kepada-Nya siang dan malam. Lalu apa manfaat kita mengenal Allah kalau keadaannya demikian? Dan apa artinya kita mengenal Allah sementara kita melanggar perintah dan larangan-Nya?

Maka dari itu mari kita menyimak pembahasan tentang masalah ini, agar kita mengerti hakikat mengenal Allah dan bisa memetik buahnya dalam wujud amal.

Mengenal Allah ada empat cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal Rububiyah Allah, mengenal Uluhiyah Allah, dan mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah.

Keempat cara ini telah disebutkan Allah di dalam Al Qur’an dan di dalam As Sunnah baik global maupun terperinci.

Ibnul Qoyyim dalam kitab Al Fawaid hal 29, mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama, melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah seperti dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (QS. Ali Imran: 190)

Juga dalam firman-Nya yang lain: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang, serta bahtera yang berjalan di lautan yang bermanfaat bagi manusia.” (QS. Al Baqarah: 164)

Mengenal Wujud Allah.

Yaitu beriman bahwa Allah itu ada. Dan adanya Allah telah diakui oleh fitrah, akal, panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh syari’at.

Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan adanya semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Dan panca indera kita mengakui adanya Allah di mana kita melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah mengabulkannya. Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al Qur’an: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman ): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘(Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’.” (QS. Al A’raf: 172-173)

Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 41-45)

Mengenal Rububiyah Allah
Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 14)

Maknanya, menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah.

Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)

Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.

Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?

Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa mereka memiliki dua tujuan. Pertama, mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya sebagaimana firman Allah:

“Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (Az Zumar: 3 )

Kedua, agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah. Allah berfirman:

“Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa’at kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18, Lihat kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)

Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah telah dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya:
“Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Az Zukhruf: 87)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah.” (QS. Al Ankabut: 61)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Al Ankabut: 63)

Demikianlah Allah menjelaskan tentang keyakinan mereka terhadap tauhid Rububiyah Allah. Keyakinan mereka yang demikian itu tidak menyebabkan mereka masuk ke dalam Islam dan menyebabkan halalnya darah dan harta mereka sehingga Rasulullah mengumumkan peperangan melawan mereka.

Makanya, jika kita melihat kenyataan yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin, kita sadari betapa besar kerusakan akidah yang melanda saudara-saudara kita. Banyak yang masih menyakini bahwa selain Allah, ada yang mampu menolak mudharat dan mendatangkan mamfa’at, meluluskan dalam ujian, memberikan keberhasilan dalam usaha, dan menyembuhkan penyakit. Sehingga, mereka harus berbondong-bondong meminta-minta di kuburan orang-orang shalih, atau kuburan para wali, atau di tempat-tempat keramat.

Mereka harus pula mendatangi para dukun, tukang ramal, dan tukang tenung atau dengan istilah sekarang paranormal. Semua perbuatan dan keyakinan ini, merupakan keyakinan yang rusak dan bentuk kesyirikan kepada Allah.

Ringkasnya, tidak ada yang bisa memberi rizki, menyembuhkan segala macam penyakit, menolak segala macam marabahaya, memberikan segala macam manfaat, membahagiakan, menyengsarakan, menjadikan seseorang miskin dan kaya, yang menghidupkan, yang mematikan, yang meluluskan seseorang dari segala macam ujian, yang menaikkan dan menurunkan pangkat dan jabatan seseorang, kecuali Allah. Semuanya ini menuntut kita agar hanya meminta kepada Allah semata dan tidak kepada selain-Nya.

Mengenal Uluhiyah Allah
Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Allah termasuk perbuatan dzalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an:
“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.” (QS. Al Fatihah: 5)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dengan sabda beliau:
“Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

Allah berfirman:
“Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36)

Allah berfirman:
“Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 21)

Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas mengingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikitpun kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Allah berfirman kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya. ‘Kalau seandainya kamu memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya dan sepertinya lagi, apakah kamu akan menebus dirimu? Dia menjawab ya. Allah berfirman: ‘Sungguh Aku telah menginginkan darimu lebih rendah dari ini dan ketika kamu berada di tulang rusuknya Adam tetapi kamu enggan kecuali terus menyekutukan-Ku.” ( HR. Muslim dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu )

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Saya tidak butuh kepada sekutu-sekutu, maka barang siapa yang melakukan satu amalan dan dia menyekutukan Aku dengan selain-Ku maka Aku akan membiarkannya dan sekutunya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu )

Contoh konkrit penyimpangan uluhiyah Allah di antaranya ketika seseorang mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut. Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau kepada seorang dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Ia meminta di tempat itu agar penghuni tempat tersebut atau sang dukun, bisa melepaskannya dari musibah yang menimpanya. Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya. Ia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernadzar, berjanji akan beri’tikaf di tempat tersebut jika terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang.

Ibnul Qoyyim mengatakan: “Kesyirikan adalah penghancur tauhid rububiyah dan pelecehan terhadap tauhid uluhiyyah, dan berburuk sangka terhadap Allah.”

Mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah

Maksudnya, kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi berdasarkan firman Allah:

“Dan Allah memiliki nama-nama yang baik.” (Qs. Al A’raf: 186)

“Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (QS. An Nahl: 60)

Dalam hal ini, kita harus beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan apa yang dimaukan Allah dan Rasul-Nya dan tidak menyelewengkannya sedikitpun. Imam Syafi’i meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut: “Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah” (Lihat Kitab Syarah Lum’atul I’tiqad Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin hal 36)

Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kita telah berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu. Tentu yang demikian itu diharamkan dan dibenci dalam agama. Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tampa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah (keterangan) untuk itu dan (mengharamkan) kalian berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu.” (QS. Al A’raf: 33)

“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak memiliki ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertanggungan jawaban.” (QS. Al Isra: 36)

Wallahu ‘alam

Hidayah Anugerah ALLAH

Hidayah adalah sesuatu yang sangat berharga kepada seseorang hamba. Hal ini kerana hidayah bukanlah sesuatu yang boleh didapati di gerai-gerai jualan , masjid dan sekalipun di Mekah dan Madinah. Hidayah bukannya sesuatu yang boleh dijual beli atau ditukar ganti . Hidayah adalah satu anugerah yang telah diberikan oleh Allah S.W.T kepada sesiapa sahaja yang dikehendakinya. Anugerah ini juga hanya diberikan kepada mereka yang sentiasa berusaha memperbaiki diri masing-masing. Firman ALLAH S.W.T :

Beruntunglah orang yang dibersihkan oleh Allah S.W.T dan rugilah orang yang disesatkannya. (Surah Asy Syam 9-10)


Kebanyakkan daripada kita yang mendapat islam melalui warisan keluarga tidak dapat merasai kemanisan hidayah , iman dan islam ini. Hal ini kerana kita sudah mendapat didikan tentang islam sejak dalam buaian lagi. Namun begitu bagi insan2 yang berada dalam kekafiran , hidayah merupakan pintu untuk mereka merasai ketenangan, mengerti makna sebuah kehidupan dan menghidupkan kembali hati yang telah mati. Kerana itulah kebanyakkan mereka (kafir) yang diberikan hidayah oleh Allah mempunyai komitmen yang sangat tinggi kepada perjuangan islam kerana mereka sangat menghargai anugerah yang tidak ternilai itu. Mereka tidak mahu anugerah ini dicabut oleh tuhan dan mereka kembali kepada kekufuran. Berikut adalah sebuah kisah bagaimana sukarnya seseorang yang ingin mendapatkan hidayah dan ketenangan sebagai renungan kita bersama.

Setiap kali melaksanakan penyembahan mengikut agamanya kristian, selalu timbul pertanyaan dalam hatinya "tuhan yang mana satu yang mesti disembah dengan sebenarnya".
Wong Kim Hock warga negara Malaysia keturunan cina dilahirkan di Pahang pada tahun 1948 dalam lingkungan keluarga yang kuat menganut agama buddha. Kim Hock juga menganut agama tersebut hanya sebagai tradisi keturunan dan ikutan sahaja. Apabila menginjak dewasa, Kim Hock merasa tidak puas hati dengan agama buddhis yang dianutinya dan menganggap bahawa agama itu tidak sesuai dengan pemikirannya. Lalu dia mencari-cari pegangan hidup yang lebih masuk akal dan bertemu dengan agama kristian. Setelah difikir beberapa masa, dia tertarik dengan agama itu kerana dianggap lebih baik dari agama asalnya. Sebagai pengikut gereja diapun menerima pengajaran tentang tuhan bapa, tuhan anak dan ruhul qudus oleh pendita gereja.
Setelah beberapa lama memeluk agama kristian, Kim Hock mula terfikir tentang dasar ketuhanan yang dianutinya. Bagaimana seseorang akan menyembah kepada tuhan yang tiga itu? Kalau sekiranya dia sangat khusyuk kepada tuhan bapa, apakah tuhan lain tidak cemburu? Demikian juga jika sekiranya dia lebih cinta kepada tuhan anak sudah tentu tuhan bapa akan merasa marah, kerana merasa dipersekutukan. Bagaimana pula tuhan ibu (ruhul qudus)

akan bersaing dalam merebut simpati dan kekuasaan? tentu perkara ini tidak boleh jadi. Walau fikirannya sudah mulai ragu dengan agama kristian namun dia masih memeganginya dengan perasaan kurang yakin.
Kekuasaan Allah mengatasi segala-galanya. Penyusunannya adalah yang terbaik untuk hambanya. Pada tahun 1983, Kim Hock pergi ke Jordan atas urusan peribadi. Ketika di Kota Amman, ditakdirkan Allah dia terbaca terjemahan al-Quran yang menjadi pegangan orang islam. Dari kitab suci itulah dia mendapat pengetahuan tentang konsep ketuhanan yang sebenarnya. Tuhan itu Maha Satu, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tiada tuhan bapa, tuhan anak dan tuhan ibu. Kerana Allah mempunyai kuasa mutlak dan hanya kepadanyalah yang layak dipuji dan disembah.
Fahaman ini sangat sesuai dengan fikiran Kim Hock, dan dia merasa mendapatkan jawapan yang dicari-carinya selama ini. Kalau tuhan hanya satu, barulah dikatakan kekuasaan kerana tidak ada yang dapat mengatasi kekuasaannya. Dia yang menghidupkan dan dia jugalah mematikan. DIA yang mencipta hamba dan dialah yang patut disembah. Kalau begitu barulah manusia akan dapat beribadah dengan khusyuk kerana yang disembah hanya Tuhan Yang Satu.
Sinar hidayah mula mengetuk pintu hatinya yang selama ini berada dalam kesesatan. Dia mula mengakui kebenaran Islam dan al-Quran. Sesampainya dia di Malaysia, dia menceritakan keyakinannya kepada isterinya dan pendiriannya untuk memeluk agama islam. Allah tela membuka pintu hati isterinya untuk memeluk agama islam bersama suaminya. Pada tahun 1984 kedua pasangan itu akhirnya melafazkan syahadah dan menjadi hamba ALLAH yang taat pada agama dan bertakwa kepadanya.

Kisah ini memberi pengajaran kepada kita selaku pendokong agama islam. Janganlah kita sekali-kali menyiakan anugerah yang dikurniakan oleh ALLAH kerana masih ramai lagi manusia yang inginkan hidayah tetapi masih belum diberikan oleh Allah. Kita seharusnya bersyukur kerana Allah tidak menghina kita dengan kekufuran sebaliknya kita terus bahagia dalam sentuhan iman dan keindahan agama islam...amin


Hati Yang Telah Hilang

Kita sebagai manusia tidak akan pernah terlepas daripada kesalahan dan kesilapan . Namun ada kalanya kesilapan itu mengajar kita tentang erti keinsafan dan kesedaran. Tanpa adanya kesakitan kadang-kadang kita lupa dan alpa kepada pencipta kita. Di sinilah sabar dan ikhlas memainkan peranan untuk kita membaiki kembali sagala kelemahan dan kekurangan dan membangkitkan semangat untuk mencari kembali hati dan iman yang telah lama menghilang.
Seperti mana kita ketahui hati merupakan organ yang sangat penting bagi manusia baik secara fizikal atau ruh. Dari segi mediknya hati tempat untuk pemprosesan enzim dan hormon yang memainkan peranan utama bagi kelancaran proses metabolisme dalam badan. Fakta ini cukup menjelaskan betapa pentingnya hati kepada manusia. SubhanaAllah, kehebatan hati bukan ini sahaja , hati merupakan penentuan kepada baik buruknya manusia , sabda Rasulullah S.A.W :
Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia rosak maka rosaklah tubuh keseluruhannya , maka itulah HATI
.

Merujuk kepada hadis ini, suka saya menceritakan perkongsian tentang perjalanan hidup saya dalam mencari kembali hati saya yang telah lama menghilang. Hati yang disebut di sini adalah hati yang penuh keimanan,kerendahan dan ketaqwaan yang hanya ditujukan kepada ALLAH.

Ketika saya mula meningkat remaja , saya selalu bertanya pada diri saya , sejauh manakah sebenarnya kebenaran islam menusuk hati saya , sebanyak manakah iman dalam hati saya dan setulus manakah hidayah yang dikurniakan kepada saya. Persoalan ini terus bermain di kepala saya selama 5 tahun dalam persekolahan. Namun saya masih tidak bertemu kebenaran. Kerana itulah syaitan mula mendekati saya. Ketika saya di tingkatan satu hingga tiga saya bersekolah di Maahad Tahfiz Sains. Saya kira mungkin inilah cara bagaimana saya ingin mendapatkan kembali kemanisan beriman kepada Allah kerana saya dapat hidup bersama al-QURAN . Namun sebaliknya , saya hanyut dalam kemaksiatan walaupun hati dan fitrah saya tidak rela melakukan perbuatan itu. Seperti remaja lain , saya fikir ketenangan itu datangnya dari keseronokan , kerana itulah saya lupa peranan sebenar kenapa kita diciptakan . Lafaz al-Quran hanya basah di bibir dan diingati dalam ingatan tetapi gagal menyentuh dan mengetuk pintu hati saya yang masih dalam kekeliruan. Meskipun saya berada dalam suasana al-quran tetapi biah yang dibina di situ masih tidak dapat mendidik hati saya . Mungkin kerana terlalu banyak titik hitam yang melekat di hati saya sehingga menjadi terlalu keras untuk saya mendapat hidayah ALLAH.

Tidak tahan dengan bebanan pelajaran yang terlalu banyak ,saya berpindah ke SMKA Melor. Saya mula mendapati perubahan dalam hidup saya. Saya mula mengaktifkan diri dalam program2 yang telah disusun oleh murabbi yang ingin menyentuh hati saya dengan kesenian tarbiah. Bersama-sama sahabat saya mula mengerti tentang konsep keimanan dan ukhuwah yang sebenarnya. Namun jauh di lubuk hati saya masih ada benih-benih keraguan. Disebabkan benih inilah syaitan masih berhasil mengaburi mata saya dengan cinta dunia . Apabila saya berada di tingkatan lima , saya mula berjauhan dengan jalan dakwah dan tarbiyah. Mungkin kerana saya terlalu sibuk memburu kecemerlangan dalam SPM. Pada masa lapang Saya sibuk memberi pengisian kepada kawan2 dan junior di sekolah tetapi saya terlupa bahawa murobbi juga perlukan pengisian . Mungkin inilah sebab kenapa dakwah yang dibawa tidak dapat menyentuh hati pelajar2 sekolah saya. Ini kerana saya sendiri tidak yakin dan beramal dengan risalah yang dibawa. Saya terus hanyut dalam kelalaian disebabkan sibuk untuk menghadapi SPM. Kadang-kadang saya terlupa memberi pengisian kapada hati saya. Saya lupa menyuburkan benih-benih keimanan dalam diri saya. Saya merasakan iman dan hidayah sudah mula ditarik oleh ALLAH. Bila memikirkan perkara itu saya mula merasa takut dan bimbang jika saya betul2 dihina oleh ALLAH . Namun nafsu dan syaitan sekali lagi berhasil menyesatkan saya. Saya menjadi futur (kelesuan rohani) dan mula bersenang dengan cinta dunia.
Alhamdulillah Allah masih lagi menyayangi saya. Selepas SPM , saya ditawarkan ke program JATIDIRI yang dianjurkan oleh Haluan. Pada mulanya hati saya berbelah bagi untuk ke kem itu. Tambahan pula saya baru sahaja merdeka dari peperiksaan SPM . Jadi seharusnya saya gunakan peluang sebelum ke ipt untuk enjoy . Namun hidayah ALLAH sangat luas. Penyusunan ALLAH adalah yang terbaik . Ketika itulah saya mula berfikir untuk meneruskan kembali misi yang telah diabaikan iaitu mencari kembali hati yang telah hilang, hati yang dipenuhi kemanisan keimanan dan ketaqwaan.
Akhirnya saya membuat keputusan untuk ke kem tersebut atas tujuan ingin mencari kembali hati saya yang telah lama hilang. Saya ingin merasai kemanisan cinta dari yang MAHA ESA. Dengan izin ALLAH saya akhirnya menemui jawapan kepada segala kekeliruan saya. Saya kembali menemui cara bagaimana menyucikan kembali hati saya yang telah berkarat. Andai kata saya akan tergelincir dari jalan D&T ini , saya akan kembali bangkit kerana saya sudah yakin ALLAH pasti akan menilai segala usaha saya untuk kembali cinta padanya. Dan perjuangan ini takkan berhenti sehinggalah saya dapat menghidu haruman syurga nanti....insya allah...
Seandainya anda melakukan sebesar manapun dosa tetapi jika anda sedar dan mahu kembali kepada jalan yang sebenar maka yakinlah bahawa Allah pasti akan menerima anda dengan penuh kecintaan , dosa2 kita yang lalu diabaikan kerana Allah sangat menyayangi hambanya. Mulakanlah perubahan diri kita dengan kembali bertaubat kepada allah dan tinggalkanlah maksiat sepenuhnya. Janganlah kita takut allah tidak menerima taubat kita disebabkan kesilapan masa silam kita kerana ALLAH itu maha penerima TAUBAT dan maha penyayang. Apabila timbulnya kembali perasaan cinta kepada allah maka kita sudah berjaya mencari HATI YANG TELAH HILANG.....


Muqoddimah

Alhamdulillah...setelah sekian lama saya mengimpikan untuk memiliki sebuah blog, akhirnya tercapai juga hasrat ini. Terima kasih yang tidak terhingga kepada kak long kerana bersusah payah membikin blog ini . Saya bukanlah seorang yang pandai menulis tetapi saya ingin melatih diri untuk berdakwah melalui penulisan . Saya begitu kagum dengan penulisan dari ramai murabbi yang telah lama berkecimpung dalam medan ini seperti ayah dan kakak saya , akhi ali irfan akhi hilal , fatimah syarha dan cikgu azmi . Penulisan mereka mampu menyentuh jiwa2 dan hati2 insan yang ingin berubah Sepertimana mana yang kita tahu blog juga merupakan satu wasilah untuk kita menyampaikan dakwah secara global iaitu melalui penulisan sebaliknya ia bukan hanya satu medan untuk kita beromong kosong atau tidak bersifat tarbawi . Kan lagi cantik kalau kita memanfaatkan segala peluang untuk menulis sesuatu yang dapat memimpin hati kita dan hati insan2 lain ke arah mendekati allah .Seseorang murabbi bukan sahaja perlu mempunyai kemahiran berkomunikasi dan personal touch tetapi mereka juga boleh menyampaikan dakwah melalui penulisan. Kita haruslah menggunakan segala kemudahan teknologi maklumat seperti email , blog , facebook hanyalah untuk satu tujuan iaitu ; untuk menyebarkan din ini. Sama-samalah kita renungi firman ALLAH S.W.T:

" Dan kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan , tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
(SAD :34)

Kita adalah umat yang diamanahkan allah untuk menyebarkan islam di serata dunia kerana kita adalah khalifah allah. Kerana itulah saya ingin mencurahkan hati dan perasaan saya tentang D&T supaya saya dapat mendidik hati saya dan pembaca untuk lebih dekat kepada Allah. Semoga saya akan terus disuburi dengan bunga-bunga cinta kepada allah dan terus istiqomah di jalan D&T ini.

Assalamualaikum..

Hari ini yang sungguh indah..